Skip to main content

pra penelitian peningkatan kemampuan menulis eksposisi dengan menggunakan media visual".

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Malasah Menulis adalah suatu kegiatan produktif dalam menghasilkan rangkaian kata hingga menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi sebuah wacana yang utuh.Tulisan yang baik adalah tulisan yang mampu mewakili perasaan dan pesan yang hendak disampaikan oleh si penulis. Selain itu, tulisan yang baik juga akan mudah dipahami oleh pembacanya. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga seseorang dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut lalu mereka memahami bahasa dan grafik itu (Tarigan, 2008:22). Tulisan memiliki banyak manfaat dalam kehidupan, berbagai macam informasi kebanyakan tersaji, dalam bentuk tulisan. Informasi tersebut termuat dalam berbagai jenis media seperti koran, majalah, buletin dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa manusia sesungguhnya memliki keinginan untuk menyampaikan gagasan, masalah-masalah, kejadian-kejadian, pengetahuan dan pengalaman melalui tulisan untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Tarigan (2008: 24) menyatakan bahwa maksud atau tujuan penulis adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya oleh pembaca. Sementara itu, Sukirno (2016: 4) jugaa menyatakan bahwa tujuan menulis yaitu memberikan informasi kepada orang lain atau pembaca, menceritakan sesuatu peristiwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian, melukiskan tindak-tanduk manusia pada sebuah peristiwa yang menimbulkan daya khayal/imajinasi pembacanya, dan menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara tersurat. Praktik pembelajaran bahasa Indonesia, termasuk keterampilan menulis eksposisi tidak lepas dari hambatan baik dalam diri siswa, guru, ataupun lingkungan. Beberapa hal yang menyebabkan keterampilan menulis siswa masih kurang dan tidak lepas dari latar belakang siswa, yakni input akademik siswa sekolah tersebut tergolong rendah, minat baca yang mendukung kemampuan untuk menulis masih terbatas. Diperlukan suatu metode atau teknik yang inovatif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, salah satunya adalah teknik think-pair-share (berpikir-berpasangan-berbagi) yang merupakaan metode pembelajaraan kooperatif. Keterampilan menulis menjadi sarana untuk mengembangkan daya pikir, media mengungkapkan ide atau gagasan yang belum tertata menjadi tertuang, dalam bentuk tulis yang runtut dan sistematis. Keterampilan menulis perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan untuk melatih siswa berpikir kritis dalam menanggapi segala sesuatu. Salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan bagi kalangan pelajar yakni menulis karangan narasi, deskripsi, persuasi, eksposisi, argumentasi. Berdasarakan permasalan tersebut, penulis melakukan penelitian dengan judu. “Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi dengan Menggunakan Media Visual pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate”. 1.2 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang muncul dalam penelitian ini bervariasi sehingga tidak mungkin apabila diadakan penelitian yang mencangkup seluruhnya. Oleh karena itu penelitian membatasi permasalahan pada, Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi dengan menggunakan Media visual pada siswa XI SMA Negeri 5 Kota Ternate.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, secara rinci masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: bagaimana kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate.? Bagaimana peningkatan kemampuan menulis eksposisi pada sisiwa kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate?
1.4 Tujuan Penelitian penelitian ini adalah peningkatan kemampuan Menulis Eksposisi Dengan Menggunakan media visual pada Siswa kelas XI SMA Negeri 5 Kota ternate. Untuk mendeskripsikan kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate. Untuk mngetahui peningkatan kemampuan menulis eksposisi pada sisiwa kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate.
 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoretis.

 1. Manfaat secara teoretis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis, yaitu memberikan sumbangan pemikiran dan alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan. Manfaat teoritis yang lain adalah diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmiah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya teks eksposisi. 2. Manfaat secara praktis Secara praktis peneliti berharap hasil penelitian ini mampu memberikan manfaat sebagai Berikut : Bagi peneliti, penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana cara meningkatkan keefektifan pembelajaran siswa di SMA Negeri 5 Kota Ternate dan sebagai pertimbangan bagi peneliti-peneliti lain khususnya guru SMA. Bagi siswa, diharapkan siswa mampu meningkatkan kemampuan menulis eksposisi setelah mendapat pengajaran dengan menggunakan media visual. Diharapkan pula siswa dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai pembelajaran kemampuan menulis eksposisi dengan media visual, untuk guru, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan pada kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate, tentang suatu alternatif dalam penggunaan metode pengajaran.

 BAB II KAJIAN TEORI

Pengertian Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. (Tarigan, 2008: 3). Menulis juga merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa, dan kosa kata. Menurut Dalman (2015: 4) menulis adalah suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahan tulis sebagai alat atau medianya. Suparno dan Yunus (dalam Dalman, 2015: 4) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Selanjutnya, menurut Syafi’ie (dalam Dewi, 2016: 2) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu kegiatan menuangkan gagasan.

2.2.2 Manfaat Menulis Pada dasarnya, manfaat utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Menulis sangat penting bagi dunia pendidikan karena memudahkan para pelajar untuk berpikir. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita (Tarigan, 2008: 22- 23). Hal senada juga dikatakan oleh Sukirno (2016: 5-6) bahwa menulis sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Antara lain meningkatkan keterampilan mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang tepat, meningktkan kebiasaan pemakaian diksi atau pilihan kata yang tepat, meningkatkan ketajaman dan keruntutan pikiran, menghidupkan imaji atau citraan yang tepat. Kegiatan menulis memiliki manfaat yang sangat banyak antara lain yaitu (Dalman 2015: 6). Peningkatan kecerdasan, Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, Penumbuhan keberanian, Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

 2.2.4 Tujuan Menulis Tujuan menulis yaitu memberikan informasi kepada orang lain atau pembaca, menceritakan sesuatu peristiwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian, melukiskan tindak-tanduk manusia pada sebuah peristiwa yang menimbulkan daya khayal/imajinasi pembacanya, dan menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara tersurat. (Sukirno, 2016: 4). Hugo Hartig (dalam Tarigan 2008: 25-26) membagi menjadi tujuh jenis tujuan menulis, yaitu: Assignment purpose (tujuan penugasan) Penulis melakukan kegiatan menulis untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun kerangka bebas. Altruistic purpose (tujuan altruistik) Penulis melakukan kegiatan menulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghilangkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Persuasive purpose (tujuan persuasif) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang telah diutarakan. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca. Self ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca. Creative purpose (tujuan kreatif) Tujuan ini berhubungan erat dengan tujuan pernyataan diri, tetapi keinginan kreatif yang terdapat di dalam tujuan ini melebihi tujuan pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik. Tulisan yang bertujuan mencapai nila-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) Penulis melakukan kegiatan menulis bertujuan untuk menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca. Tahapan Menulis Secara umum tahapan menulis memiliki tiga tahapan di antaranya, tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tahapan menulis menurut (Akhaidiah, 2012: 3-5). Tahap prapenulisan Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan cukup beberapa langkah kegiatan. Langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu: menentukan topik,
 (b) membatasi topik, (c) menetukan tujuan penulisan, (d) menentukan bahan atau materi penulisan, (e) menyususun kerangka karangan. Tahap penulisan Pada tahap ini membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka yang telah disusun dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah diklarifikasikan menurut keperluan dalam menulis. Tahap revisi Pada tahap ini tulisan diteliti secara menyeluruh mengenai logika, sisematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan catatan kaki, dan daftar pustaka. Pembelajaran Menulis Pembelajaran menulis diantara lain sebagai berikut :
1. Menulis narasi adalah wacana yang isinya menceritakan suatu pokok atau suatu kejadian yang dialami.
2. Menulis deskripsi adalah wacana yang dibuat untuk menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki pemahaman yang sama dengan infomasi yang disampaikan.
3. Menulis eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan suatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembaca.
4. Menulis argumentasi adalah ragam wacana yang memberikan alasan yang kuat untuk menolak suatu pendapat atau gagasan. Teks Eksposisi 2.3.4 Pengertian Teks Eksposisi Kridalaksana, (dalam Budiyono, 2015: 107) mengatakan bahwa teks adalah (1) satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak; (2) deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran; (3) bentuk bahasa tertulis, naskah; 4) ujaran yang dihasilkan dalam interaksi manusia. Kemudian Samsudin, (dalam Maulana, 2015:71) mengatakan bahwa eksposisi adalah karangan yang berfungsi untuk memberitahukan, memaparkan, menguraikan atau menerangkan sesuatu kepada audien tertentu. Senada dengan pendapat sebelumnya. Keraf (1981:3) menyatakan bahwa eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut. Selanjutnya, Atmazaki (dalam Helti, et.al, 2014: 2) berpendapat bahwa eksposisi berarti menjelaskan sesuatu, membuka sesuatu, atau memberitahukan sesuatu sehingga pembaca atau pendengar mengerti dan memahami sesuatu itu. Sementara, Nursisto (dalam Helti, et.al, 2014:2) mengemukakan bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas wawasan pengetahuan pembaca. Melalui eksposisi, penulis berusaha menjelaskan suatu ide atau gagasan, menganalisis sesuatu, membatasi pengertian sebuah istilah, memberikan perintah, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa eksposisi merupakan suatu teks yang tujuan utamanya menginformasikan, mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan agar dapat diketahui orang lain (pembaca) sehingga dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Teks eksposisi berisi buah pikiran, ide, gagasan, perasaan, atau pendapat penulis untuk diketahui orang lain atau pembaca. Oleh karena itu, teks eksposisi adalah teks yang bersifat menginfokan, menerangkan, menjelaskan, atau memaparkan sebuah benda, gagasan atau ide. 2.4.1 Ciri-ciri Teks Eksposisi Menurut E. Kosasih, (dalam Dewi, 2016: 4) teks eksposisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini: (1) penjelasan bersifat informasi, (2) pembahasan masalahnya bersifat objektif, (3) tidak mempengaruhi pembaca, (4) penjelasanya dinyatakan dengan bukti-bukti yang konkret (tidak mengada-ada), (5) pembehasanya bersifat logis dan sistematis. Selanjutnya menurut Prasetyo (2016: 5). Ciri-ciri yang terdapat dalam eksposisi yaitu (1) didalam eksposisi terdapat definisi atau pengertian mengenai istilah dari suatu topik pembahasan. (2) eksposisi bersifat informative. Dengan kata lain, eksposisi ini mampu memberikan informasi kepada pembacanya. (3) eksposisi bersifat objektif dan netral, yaitu tidak memiliki unsur yang bersifat mengajak atau mempengaruhi pembacanya. 2.4.2 Tujuan Teks Eksposisi 1. Memberi informasi atau keterangan yang sejelas-jelasnya tentang objek, meskipun pembaca belum pernah mengalami atau mengamati sendiri, tanpa memaksa orang lain untuk menerima gagasan atau informasinya. 2. Memberitahu, mengupas, menguraikan, dan menerangkan sesuatu. 3. Menyajikan fakta dan gagasan yang disusun sebaik-baiknya, sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Digunakan untuk menjelaskan hakikat sesuatu, memberikan petunjuk mencapai atau mengerjakan sesuatu, menguraikan proses dan menerangkan antara satu hal dengan hal yang lain. (Prasetyo 2016: 5) Macam-macam Teks Eksposisi Menurut Mariskan, (dalam Prasetyo, 2016:6) ada tiga macam eksposisi, yaitu: Lukisan dalam eksposisi. Lukisan dalam eksposisi adalah paparan yang memepergunakan lukisan, supaya karangan paparan itu tidak kering, misalnya: otobiografi, kisah perampokan, peristiwa pembunuhan. Eksposisi proses. Eksposisi proses adalah eksposisi yang memaparkan atau menjelaskan proses terjadinya sesuatu, misalnya: proses pembuatan tempe, proses pembuatan jamur merang, proses berdirinya organisasi, proses pembuatan kartu keluarga dan proses pembuatan passport. Eksposisi perbandingan. Dalam memperjelas paparan sering digunakan perbandingan di antara dua atau lebih hal. Kedua hal itu dicari perbedaanya dan permasamaanya. 2.4.4 Metode-metode Teks Eskposisi Menurut Keraf (1981: 7) ada enam jenis metode yang digunakan dalam karangan eksposisi. Keenam jenis metode tersebut adalah (a) metode identifikasi, (b) metode perbandingan, (c)metode ilustrasi atau eksemplifikasi, (d) metode klasifikasi, (e) metode definisi, (f) metode analisa. Berikut ini adalah paparan dari metode-metode tersebut: Metode Identifikasi. Metode identifikasi adalah sebuah metode yang berusaha meneyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur pengenal suatu objek sehingga para pembaca atau pendengar lebih mengenal objek yang dijelaskan (Keraf, 1981: 9). Identifikasi sebagai suatu metode eksposisi dapat mengimbangi kedudukan kerangka karangan yang didasarkan pada pola alamiah. Oleh sebab itu dalam eksposisi harus ada perincian yang teratur dan cermat mengenai objek tersebut. (Karaf, 1981: 111). Metode Perbandingan. Perbandingan adalah suatu cara untuk menunjukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan antar dua objek atau lebih dengan mempergunakan dasar-dasar tertentu. Sebagai suatu metode dalam eksposisi perbandingan adalah menempatkan sesuatu yang belum diketahui dalam kerangka suatu hal yang sudah dikenal pembaca. Hal ini bearti bahwa tujuan perbandingan adalah membicarakan sesuatu yang yang belum diketahui oleh pembaca dan membandingkan dengan sesuatu yang telah diketahui oleh pembaca. (Keraf,1981: 16). Metode ilustrasi atau eksemplikasi. Metode ilustrasi atau eksemplifikasi adalah suatu metode untuk mengadakan gambaran atau penjelasan yang khusus dan konkrit atas suatu prinsip umum atau suatu gagasan umum. Metode ini tidak menampilkan hal-hal umum secara abstrak atau kabur, tetapi menunjukan contoh-contoh yang nyata dan konkrit. Misalnya untuk menjelaskan pengertian tentang pohon, pengarang mengajukan contoh pohon beringin (Keraf, 1981: 26). Metode klasifikasi. Klasifikasi merupakan suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkan pengelompokan-pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia. Klasifikasi dapat juga dilihat sebagai suatu metode untuk menetapkan barang barang dalam suatu sistem kelas sehingga dapat dilihat hubungannya ke samping, ke atas, dan ke bawah. Hal yang penting adalah membedakan macam-macam ciri itu, lalu memilih ciri yang sesuai dengan tujuan. Tujuan klasifikasi dalam eksposisi adalah menunjang maksud pengarang, yaitu meningkatkan pengertian pembaca mengenai suatu objek yang digarap dalam sebuah tulisan (Keraf, 1981: 34). Prinsi-prinsip klasifikasi,yaitu (1) harus ditetapkan satu prinsip yang jelas, adanya ciri yang menonjol, (2) klasifikasi harus logis dan konsisten, (3) klasifikasi harus bersifat komplit, dan (4) klasifikasi yang bersifat menyeluruh, dianjurkan untuk mempergunakan bagian-bagian yang selektif (Keraf, 1981: 38-39). Metode definisi. Pengertian definisi dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut. Pengertian definisi adalah (1) suatu pernyataan tentang apa yang dimaksud dengan suatu hal atau barang; (2) suatu pernyataan atau penjelasan tentang makna suatu kata atau frasa. Dalam arti sempit, definisi bukan mengenai suatu barang atau hal, tetapi mengenai sebuah kata (Keraf, 1981: 44). Metode analisa. Analisa adalah suatu cara membagi-bagi suatu objek ke dalam komponen-komponennya. Analisa merupakan suatu cara yang umum dan efektif untuk mengungkapkan penalaran seseorang. Analisa sebagai suatu metode penyajian dalam tulisan teknis terdiri dari proses memeriksa dan mengamati suatu hal untuk membedakan bagian-bagian atau unsur-unsur, baik secara terpisah maupun secara bersama, dengan menunjukkan relasinya satu sama lain dengan menunjang kesatuannya (Keraf, 1981: 60). Langkah-langkah Menulis Eksposisi. Pada dasarnya setiap jenis karangan memiliki langkah-langkah yang tidak jauh berbeda bahkan sama. Jadi, yang berbeda adalah penyampaian isi dan tujuannya. Adapun langkah langkah dalam menulis eksposisi adalah (1) menentukan topik atau tema, (2) menentukan tujuan, (3) mendapatkan data yang sesuai dengan topik, (4) membuat kerangka karangan, (5) mengembangkan kerangka menjadi karangan ekspoisis. (Prasetyo, 2016: 6). 2.5.2 Kriteria Pemilihan Media. Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik untuk meningkatkan proses belajar dan hasil belajar peserta didik. Arsyad (2011:75), mengemukakan ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh siswa seperti menghafal yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Televisi, misalnya, tepat untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan manipulasi ruang dan waktu. Praktis, luwes, dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana. Guru terampil menggunakannya. Guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media sangat ditentukan oleh guru yang menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang. 2.5.3 Hakekat Visual Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiyah berari “perantara” atau “pengantar”, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan kepada penerima pesan. Media merupakan sarana atau alat terjadinya proses belajar mengajar. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif. Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar merupakan usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. 2.6.1 Pengertian Media Visual Pengertian media visual dapat dibedakan menjadi dua pengertian yaitu pengertian secara umum dan pengertian menurut para Ahli. 2.6.2 Pengertian Media Visual Secara Umum. Secara umum, media visual adalah alat atau sarana komunikasi yang dapat dilihat dengan indra penglihatan (mata). Media visual juga merupakan penyampaian pesan atau informasi secara teknik dan kreatif yang mana menampilkan gtambar, grafik serta tata dan letaknya jelas, sehingga penerima pesan dan gagasan dapat diterima sasaran. Media visual dapat juga diartikan sebagai sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang dibuat secara menarik dalam bentuk kombinasi gambar, teks, gerak dan animasi yang disesuaikan dengan usia peserta didik yang dapat menarik peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran akan menyenangkan dan tidak menjenuhkan. 2.6.3 Pengertian Media Visual Menurut Para Ahli. Dalam kamus la Rousse Elementaire( 1956 : 852 ) “ visual, elle est qui appartient a la vue”. Maksudnya visual adalah semua yang Nampak atau terlihat. Dalam pembelajaran, visual adalah alat bantu pandang. Menurut Fathurrohman (2007 : 67) mengungkapkan bahwa : “media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip, slide foto, gambar atau lukisan dan cetakan, Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun”. Selanjutnya menurut Wibawa dan Mukti (1992 : 27) menjelaskan bahwa : “media visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual gerak. Media visual diam antara lain : foto, ilustrasi, flash card, gmbar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai, transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, overhead proyektor, stereo proyektor, mikro proyektor dan tachitoscopes. Serta grafis, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan globe. Sedangkan media visual gerak meliputigambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu, film kartun dan sebagainya”. Media visual (Daryanto, 1993:27) artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bias dinikmati lewat panca indera mata. 2.6.4 Fungsi Media Visual. Wibawa dan Mukti (19992 : 28) menjelaskan fungsi media visual dalam proses belajar mengajar, yaitu: Mengembangkan kemampuan visual 2. Mengembangkan daya imajinasi anak 3. Membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak, atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan didalam kelas. 4. Mengembangkan kreatifitas siswa 5. Memperjelas pengertian atau konsep yang abstrak kepada siswa 6. Membantu siswa lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pembelajaran 7. Menggambarkan suau hakikat suatu pesandalam bentuk yang menyerupai keadaan yang sebenarnya 8. Memvisualisasikan pesan verbal dan makna isi pesan dan menyederhanakn makna dalam bentuk visualisasi 9. Merangsang anak untuk mempelajari lebih jauh dan atau ingin lebih tahu hakikat dari pesan yang disampaikan 10. Pembuka diskusi yang efektif 11. Menumbuhkan minat baca 12. Memvangkitkan motivasi, minat, ingatan 13. Mengembangkan perbendaharaan kata dan keterampilan membaca. Dari empat fungsi media visual, dapat dikatakan bahwa belajar dari pesan visual secara tepat. Teknik afektif adalah tehnik untuk memahami teknik pesan visual yang dimulai dari : Fase diffrensiasi yaitu dimana pembelajar mula-mula mengamati, mengidentifikasi Dan menganalisis. 2. Fase integrasi yaitu di mana mempelajar menempatkan unsur-unsur visual secara serempak, menghubungkan pesan-pesan visual kepada pengalaman pengalamannya. 3. Kesimpulan, yaitu dari pengalaman visualisasi untuk kemudian menciptakan konseptualisasi baru dari apa yang mereka pelajari sebelumnya. 2.7.1 Tujuan penggunaan media visual yaitu: 1. Agar pembelajaran tidak hanya bersifat monoton, melainkan pembelajaran tersebut dibuat lebih menarik, efektif dan efesien, sehingga dapat memudahkan siswa dalam mencerna maupun menerima pelajaran dengan baik. 2. Untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajaran 3. Untuk membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran 4. Untuk menumbuhkan daya tarik siswa dalam belajar, karena dipenuhi dengan berbagai gambar menarik, sehingga dapat mengurangi rasa kebosanan siswa dalam belajar 2.7.2 Bentuk-bentuk Media Visual. Media grafis yang paling umum digunakan dalam proses belajar mengajar, karena merupakan bahasa yang umum dan dapat mudah dimengerti oleh peserta didik. 2.7.3 Kelebihan media visual : 1. Sifatnya kongkrit, lebih realistic dibandingkan dengan media verbal. 2. Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia muda atupun tua. 3. Murah harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampainnya. 2.7.4 Kelemahan media visual : 1. Gambar atau foto hanya menekankan persepsi indera mata. 2. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar 3. Hanya menekankan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat terlihat oleh sekelompok siswa. 4. Jika gambar terlalu kompleks, kurang efektif untuk tujuan pembelajaran tertentu. 2.7.5 Agar lebih bermanfaat dalam pembelajaran, maka gambar/foto hendaknya memenuhi persyaratan berikut : a. Otentik, artinya dapat menggambarkan obyek/peristiwa seperti jika siswa melihat langsung b. Sederhana, harus menunjukkan dengan jelas bagian-bagian pokok dari gambar tersebut c. Ukurannya proporsional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran sesungguhnya benda/obyek yang digambar. Caranya, antara lain dengan menjajarkan gambar/foto tersebut dengan benda lain yang sudah dikenal siswa. d. Memadukan antara keindahan dengan kesesuaiannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat dalam media visual terdiri dari garis, bentuk, warna dan tekstur ( Arsyad, 1997). Untuk memberikan kesan penekanan, juga untuk membangun kemenarikan dan keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi realis dan menciptakan respon emosional diperlukan warna.Sementara, tekstur digunakan untuk menambah penekanan sebagaimana halnya warna. Agar menjadi efektif, media berbasis visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Dalam proses penataan media harus diperhatikan prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain: Kesederhanaan. Mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual, jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan informasi yang panjang atau rumit harus dibagi- bagi kedalam beberapa bahan visual yang mudah dibaca, begitu juga teks yang menyertai bahan visual harus dibatasi antara 15 sampai 20 kata. Keterpaduan. Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat diantara elemen-elemen yang ketika diamati berfungsi secara bersama-sama saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan. Penekanan. Dengan menggunakan ukuran seperti hubungan-hubungan, warna atau ruang, penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting. Keseimbangan. Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya sistematis. Bentuk. Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat perhatian. Garis. Dapat digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menunutun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus. Tekstur, adalah suatu unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halus. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsur seperti halnya warna. Warna. Merupakan unsur visual yang penting, tetapi ia harus digunakan dengan hati-hati untuk memperoleh dampak yang baik. 2.7.6 Hasil Penelitian yang Relevan Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Arum Bariani (2015) Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ratnasari (2016) Universitas Muhammadiyah Purworejo, Triya Oktavia (2015) Universitas Negeri Semarang dan Helti, et.al (2014) Universitas Negeri Padang. Penelitian Bariani (2015) berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Eksposisi dengan Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa Kelas XI SMK Setia Karya Depok Jawa Barat”. Bariani menggunakan model pembelajaran picture and picture sedangkan penelitian ini menggunakan media visual. Persamaan penelitian Bariani dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti kemampuan menulis teks ekspsosisi. Perbedaan dengan penelitian ini, Bariani menggunakan model pembelajaran picture and picture, sedangkan pada penelitian ini menggunakan media visual. Perbedaan lain yaitu subjek penelitian Bariani dilakukan di kelas XI SMK Setia Karya Depok Jawa Barat, sedangkan penelitian ini dilakukan di kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate. Peenelitian Ratnasasri (2016) berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi Ekspositoris dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 2 Nusawungu Tahun Pelajaran 2015/2016”. Persamaan penelitian Ratnasari dengan penelitian ini adalah penggunaan media audio visual. Perbedaan dengan penelitian ini, Ratnasari melakukan penelitian keterampilan menulis paragaraf narasi ekspositoris, sedangkan penelitian ini melakukan penelitian meningkatkan kemampuan menulis eksposisi. Perbedaan lain yaitu subjek penelitian Ratnasari dilakukan di kelas VII H SMP Negeri 2 Nusawungu, sementara subyek penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Ternate. Penelitian Oktavia (2015) berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi melalui Model Investigasi Kelompok dengan Media Berita dalam Surat Kabar pada Siswa Kelas X-4 TKJ SMK NU Ungaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”. Oktavia menggunakan media berita dalam surat kabar sedangkan penelitian ini menggunakan media audio visual. Persamaan penelitian Oktvia dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti kemampuan menulis teks eksposisi. Perbedaanya dengan penelitian ini, Oktavia menggunakan media berita dalam surat kabar, sedangkan penelitian ini menggunakan media visual. Perbedaan lain yaitu subjek penelitian Oktavia dilakukan di kelas X-4 TKJ SMK NU Ungaran Kabupaten Semarang, sedangkan penelitian ini dilakukan di kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate. Pada kajian teoretis dijelaskan mengenai (1) menulis yang meliputi pengertian menulis, manfaat menulis, tujuan menulis, tahapan menulis dan ragam pembelajaran menulis; (2) teks eksposisi yang meliputi pengertian eksposisi, ciri-ciri teks ekspsosisi, syarat menulis teks eksposisi, dan metode-metode teks eksposisi. (3) media pembelajaran, (4) media audio visual. BAB III METODE PENILITIAN Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penilitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-angka (Nassution, 1998: 22). Bogdan dan Biglen (1990: 34) mengatakan bahwa riset kualitatif bersifat deskriptif. Moleong (1989: 3) mengatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati. Nassution (1988: 9) mengatakan juga, bahwa penelitian seperti ini diusahakan mengumpulkan data deskriptif banyak dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate. Peneliti memilih lokasi tersebut dengan alasan bahwa kurangnya penggunaan media visual dalam proses pembelajaran oleh siswa, serta belum dilakukan penelitian terkait dengan eksposisi siswa dalam tinjauan peningkatan kemampuan menulis teks eksposisi sebelumnya. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 01 januari 2019. Peneliti memilih waktu penelitian ini sesuai dengan waktu yang tepat yaitu sebelum datangnya waktu semester agar tidak mengganggu konsentrasi responden. . Subjek Penelitian/Sumber Data Subjek penelitian adalah Menulis Eksposisi Karangan eksposisi bertujuan untuk memperluas pengetahuan pembaca. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila memenuhi syarat- syarat tertentu. Keraf (1986: 6). Subjek penelitian mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam penelitian karena subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan di amati oleh peneliti. Berdasarkan pengertian di atas, subjek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate yang berjumlah secara keseluruhan 23 siswa. Maka sumber data yang diambil secara keseluruhan siswa kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate. Teknik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga teknik yaitu: Observasi Observasi merupakan tahap awal yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui permasalahan penelitian yang akan diteliti dalam proses pembelajaran peningkatan kemampuan menulis teks eksposisi dengan menggunakan media visual. Wawancara Peneliti langsung mengadakan wawancara dengan siswa SMA Negeri 5 Kota Ternate dan dibuat rekaman. Dilakukan untuk mendapat informasi atau data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian, agar pertanyaan peneliti lebih relevan maka peneliti berpegang pada topik tuturan yang sesuai, pertanyaan yang tuntas responden yang tepat, dan waktu yang tepat. Dari hasil wawancara yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dibuat catatan untuk dianalisis demi mengetahui tingkat peningkatan kemampuan menulis eksposisi siswa dalam tinjauan visual/gambar, melalui pendekatan memperhatikan prinsip menulis eksposisi. Dengan memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar yang berifat komunikatif dan memiliki nilai dalam tulisan tersebut. Data hasil pengamatan dianalisis secara kualitatif. Dokumentasi Menurut irawan dalam Sukandarrumidi (2012: 100) mengatakan bahwa, studi dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain sebagainya. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan angka-angka matematis atau statistik. Data yang di analisis merupakan hasil kerja siswa kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate. Teknik analisis data yaitu diarahkan untuk menjawab perumusan masalah, karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia, (sugiyono, 2014:333). Rumus yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian yaitu: "P"=F/N x"100%" Keterangan P : Presentase F : Frekuensi N : Jumlah Responden 100% : Bilangan tetap, (sudjiono, 2009:43). Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) No Kriteria penilaian Kualifikasi 1 89-100 SB 2 75-88 B 3 68-74 CB 4 55-67 KB 5 0-54 KS Tabel 3.2 Rubrk Penilaian No Kriteria penilaian Skor Penilaian 1 Judul/topik 2 Kata penghubung/konjungsi 3 Penggunaan EYD 4 Diksi/ pilihan kata 5 Tata bahasa

 BAB IV KESIMPUAN DAN SARAN

 Kesimpulan Peneliti mencoba menarik suatu kesimpulan sederhana, yang sifatnya hipotesis dan dapat di rumuskan sebagai berikut: Siswa diharapkan mampuh mengikuti proses pembelajaran dengan baik Siswa diharuskan untuk aktif dalam suasana belajar mengajar, diskusi dan tanya jawab Siswa diupayakan dapat mengerti materi yang diberikan oleg guru tentang karangan eksposisi Siswa juga diharapkan untuk saling mengormati antar sesama makhluk ciptaan tuhan, Allah,SWT. SARAN Siswa harus mampuh menentukan topik untuk membuat karangan eksposisi dengan begitu siswa dapat melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu: Siswa menulis dengan memilih diksi yang baik Siswa harus bisa membuat kata menjadi frase dalam membuat konjungsi Siswa harus mampuh memilih majas/bahasa secara khiasan agar tulisan tersebut mejadi baik dan senang dibaca oleh orang lain Bahasa yang digunakan siswa, harus baku dan bersifat kritis supaya bernilai komunikatif, untuk yang mebacanya dapat mengerti dan tidak ambigu/keliru dalam tulisan tersebut. 

DAFTAR PUSTAKA

 Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Akhaidiah, Sabarti. 2012. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Dalman, H. 2015. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Keraf, Gorys. 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Jakarta: Nusa Indah. Sukirno. 2016. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sastri., et.al. 2013. “Pengembangan Media Audio Visual Pembelajaran Menulis Berita Singkat”. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaranya. Vol. 3, No. 2. Universitas Jambi. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Percetakan Angkasa.

Comments

bangsamoyang

Kata Uang Karya: Akbar, Daud UANG... Uang memebuat manusia menjadi onani Lupa akan etika untuk menjadi manusiawi Tidak ada lagi pri kemanusian yang melekat di pundak Hilang keadilan mereka, hanya memikirkan uang UANG... Uang bisa membeli kekuasaan bisa membeli kebenaran Namun kita akan sirnah, semakin banyak kita menerima akan semakin Hilang kemanusiaan kita, itulah sebabnya kenapa kita manusia selalu berpikir utuk menang sendiri tanpa memikirkan orang-orang dibawah kita kenapa kita tidak belajar untuk memberi UANG... uang sungguh memiliki dalil kekausaan diatas negeri yang fanah ini amruk sudah keadilan karena sudah di beli oleh yang berkuasa UANG... uang membuat manusia menjadi angkuh dan lupa akan masa percekik uang semakin merusak bangsa dan tidak ada kesetaraan diantara miskin dan kaya didunia ini hanyalah orang yang berakal yang mampuh melihat keduanya dengan nilai yang sama ternate/01/24/2015
Pohon Untuk Kehidupan Karya: Akbar D,Booy Hari pagi tak seperti embun di hari kemarin semua berjalan begitu saja entah siapa mayornya seperti kanan dan kiri terjepit lalu menjerit seperti anjing menggongong yang tak mampuh lagi melihat insan pagi yang bersenja menyapa dengan dua tangan lalu rakus untuk mengambil semuanya dan tak ada lagi harapan untuk menjadi kenyataan dimana kita sebagai laki-laki kelak akan sendiri. Bukan salahku, aku datang dari langit gelap bawakan roh kehidupan bagimu bukan salahku,aku harus lewat jika manusia tanpa pedulikan mempersilahkan singga demi kehidupan maka keperkasaanku kutunjukan andai kau hadang, kau rintang dengan berjuta pohon dan hutan pasti aku kerasan bermukum di daratan sebenarnya, kehadiranku ingin lama tinggal dicelah bumi memberi kehidupan pepohonan memperpanjang nyawa hewan serta bermain bersamamu manusia tapi, tempatku telah kaujarah, kau dirikan pemukiman. Kau layak di panggil penjilat yang rakus dan merampas dengan diam-diam kau merob...

Hikayat Senja dan Gadis

Hikayat Senja dan Gadis A.     Deskripsi Kisah ini kutulis dengan kata-kata yang bersumber dari buah imaji yang saat ini selalu memaksakan hamba untuk menulis apa yang melintas dibenak-benak seseorang, sehingga tidak menciptakan konflik antara hati dan jiwa, sebab seorang falasafah mengatakan philo dan shopia adalah pecinta yang bijaksana yang menyadari eksitensi nilai akal, pikiran dan pengetahuan”. Lalu Kisah ini kupercik dari sahabat temanku dan kisah ini juga tentang cinta yang akan menjawab antara harapan dan kenyataan, bahwasanya manusia hidup dengan cinta dan kembali dengan cinta tapi apakah manusia bisa lepas dari cinta dan hidup tanpa cinta?????...... B.      Argumentasi Seorang gadis menampakan wajah kusutnya di media kulihat sore ini, namun wajah itu tak nampak seperti !!!!!.... jika kau melihatnya’, maaf aku melihatnya dari sudut yang berbeda dengan kamu, maafkan aku, jika kau mengatakan bahwa ini tebakkan saya, namun saya terim...
Nyayian Sawah Untuk Pohon Sagu Karya: Akbar, Daud Bunga teratai mekar kembali bertedu diatas genangan air yang merebah ditepian bukit dan tebing-tebing yang juram Denting meluap, burung menari-nari mencari mangsa di tepian kali sudakah hamba menanya, untuk siapakah kau datang menari begitu genit rupamu sampai aku lupa ‘kalau ... Air yang mengalir begitu tenang, mengisi kekosongan ruang yang tak penuh pasrah, sawa melambai-lambai pohon nyiur di sepanjang pantai Benih sawa bermaing ria , tuang dan nyonya masih tersenyum ria angin disana mengabari pohon sagu bilang padanya jangan jauh, merapatlah, berdiri bersama kami katanya kau harus tetap bersiul supaya tumbuh dan panen sawah ladangku Ternate/22/april/2018

KONSERVASI CAGAR ALAM MALUKU UTARA

JUDUL KONSERVASI CAGAR ALAM MALUKU UTARA Asalamualaikum... warahmattullahi... wabarakatu.... SALAM LESTARI ..... Saat ini saya akan membahas mengenai salah satu dari beberapa burung paruh bengkok  endemik indonesia yang hampir punah atau sudah termasuk kategori burung yang hampir punah, salah satunya ialah paru bengkok atau kasturi ternate dengan nama latin LORIUS GARRULUS. Kasturi Ternate memiliki panjang tubuh sekitar 30 cm dengan bulu dominan, berwarna merah dan kedua sayap berwarna hijau dengan warna kuning pada lipatannya.Ujung ekor dan bagian paha juga berwarna hijau sementara bagian tepi sayap dan penutup sayap bawah berwarna kuning. Paruhnya berwarna jingga dengan bagian pangkal berwarna lebih gelap. Lingkaran matanya  berwarna abu-abu dengan bola mata berwarna merah atau jingga. Burung kasturi ternate juga memiliki tempat bermain atau display, yang salah satu tempatnya berada di tolire, dan tolire juga menjadi icon atau tempat pelepasliaran burung-buru...