JUDUL
KONSERVASI
CAGAR ALAM MALUKU UTARA
Asalamualaikum... warahmattullahi...
wabarakatu....
SALAM
LESTARI .....
Saat
ini saya akan membahas mengenai salah satu dari beberapa burung paruh bengkok endemik indonesia yang hampir punah atau sudah
termasuk kategori burung yang hampir punah, salah satunya ialah paru bengkok
atau kasturi ternate dengan nama latin LORIUS
GARRULUS.
Kasturi
Ternate memiliki panjang tubuh sekitar 30 cm dengan bulu dominan, berwarna
merah dan kedua sayap berwarna hijau dengan warna kuning pada lipatannya.Ujung
ekor dan bagian paha juga berwarna hijau sementara bagian tepi sayap dan
penutup sayap bawah berwarna kuning. Paruhnya berwarna jingga dengan bagian
pangkal berwarna lebih gelap. Lingkaran matanya berwarna abu-abu dengan bola mata berwarna
merah atau jingga.
Burung
kasturi ternate juga memiliki tempat bermain atau display, yang salah satu
tempatnya berada di tolire, dan tolire juga menjadi icon atau tempat
pelepasliaran burung-burung, sehingga dewasa ini penulis mampuh mengatakan
langsung, guna untuk menjadi kacamata publik. Kasturi ternate juga memiliki
relung atau ruang ekologi yang bisa menjadi tempat pencariaan makanan yang
berada di daerah fora. Hal ini harus menjadi pandangan luas sebagai masyarakat
kota ternate bahwa kita juga tidak boleh menebang pohon sembarangan, sebab ada
banyak burung di indonesia khususnya, maluku utara yang memiliki tempat makan
atau rantai makanan yang dijamai oleh habitat/satwa tersebut. Oleh karena
ukuran itu, penulis mencoba untuk mengajak masyarakat dan pemerintah kota
ternate, supaya dapat menjaga kelestarian alam indonesia di timur indonesia.
Maluku utara ialah tempat yang banyak memiliki burung-burung yang berjumlah 217,
jenis burung.
Potensi
fauna yang mendiami wilayah maluku utara sangatlah banyak, berjumlah 217 dan di
dalamnya terdapat beberapa burung endemik dan juga reptil, amfibi. Sebagai
potensi yang baik, semoga kita masyarakt maluku utara mampuh mengkonservasikan
sumber daya alam ini dengan baik dan benar, supaya dengan perkembangan jaman
yang milenial saat ini, kita dapat bersaing dengan masyarakat atau bangsa dari
negara asing dalam konsep pemeliharaan dan perlindungan (konservasi) flora
maupun fauna yang harus kita lihat supaya kedepannya akan menjadi potensi yang
dilihat oleh kacamata dunia dan masuk zona wilayah konservatif yang
bermutu/unggul di mata dunia.
Maluku
utara memiliki potensi flora yang baik juga, yang sering diminati oleh
masyarakat dan pemerintah maluku utara, dewasa ini kita melihat dengan berbagai
macam potensi yang terdapat dimaluku utara yaitu, taman nasional, hutan
mangrov, hutan pantai, hutan rawa dataran rendah. Semua termasuk ekosistem yang
berada di wilaya maluku utara, sekedar penulis mengintermission, sebab kita
memiliki banyak potensi di daerah maluku utara itu sendiri, namun kacamata kita
kurang jeli dengan problem ini, masih ada beberapa dari lingkungan kita yang
menebang dan mengambil lebih dari potensi cagar budaya itu sendiri, oleh karena
itu kita harus butuh kesadaran dari individual, supaya mampuh memaknai potensi
sumber daya alam hayati maupun non hayati, dan dengan kesadaran inilah, kita
masyarakat mampuh memeberikan kepada anak cucu kita kelak nanti dan dapat di
contohi dengan baik pula, seperti manakalah perbuatan kita yang jika kita
menjaga hubungan dengan cagar budaya ini dengan baik, maka anak cucu kita akan
meneruskan warisan dari para pendahulu dengan baik pula, selayaknya perbuatan
yang baik akan di balas dengan kebaikan yang melebihi kebaikan itu, artinya
kebaikan yang berlipat ganda.
Burung
memiliki rantai makanan yang melekat dengan pohon-pohon yang dia melihat bahwa
disitulah ada makanan yang harus dia makan dan makanan itulah yang cocok dengan
potensi kehidupannya, sehingga penulis mencoba untuk memberikan gambaran
sikologi, guna untuk menyadarkan masyarakat dan pemerintah di maluku utara itu
sendiri. Sehingga pohon itu kita tidak boleh memotong/menebang yang lebih,
apabilah hal ini terjadi, maka sekurang-kurangnya ialah sesuai dengaan
kebutuhan saja, yang manakalah bahwa disitulah tempat satwa, burung yang
memiliki potensi hidup, dan di pohon itu juga ialah rumah baginya, apabilah
kita manusia tidak meihat problem ini dengan jeli maka hancur dan punalah satwa
kita dan terlepaslah satu cagar budaya kita (hayati). Kita manusia tentunya
juga memiliki rantai makanan, begitu pula dengan satwa liar yang lain, nah, ini
adalah bagaimana cara kita hidup dengan budaya gotong royong, saling berbagi
dan saling menjaga di antara satu dengan yang lain. Dalam hidup kita yang perlu
kita lihat ialah apa yang berguna dan secara keseluruhan bahwa semua apa yang
ada di dunia ini dapat berguna dengan baik. Hewan, manusia, tumbuhan, dan benda
mati, semua memiliki potensi hidup yang berbeda, sehingga kita “manusia” harus
menjaga, melindungi dan melestarikannya, sesuai dengan pikiran dan akal sehat
kita, sebab manusia juga menjadi bagian dari hewan, tumbuhan dan benda
tersebut, dengan bahasa lain ialah rantai makan.
Jika
kita melihat bersama dari sesi kehidupan yang baik, maka di dalam hidup perlu
kita ketahui bahwa yang hidup itu bukan manusia saja namun ada beberapa bentuk
lain di dalam dunia ini, yaitu : tuhan, benda dan manusia, olehnya itu kita
harus melihat dari sisi yang lain juga.
Tuhan
selalu memiliki cara yang positif untuk kehidupan kita diantaranya ialah
manusia dan benda, benda juga terbagi dalam beberapa bentuk yaitu, ada benda
hidup dan benda mati (hayati dan non hayati). Nah, benda hidup yang di maksud
disini, ialah : hewan, tumbuhan, dan benda mati ialah : batu, tanah, dan
lain-lain. Namun dalam pembahasan ini, penulis lebih mengarah pada salah satu
cagar budaya yang kondusif, yaitu burung kasturi ternate.
Burung
kasturi ternate sampai saat ini memiliki potensi hidup yang sangat menurung/rentang
dan jika kita samakan dengan yang di tahun 2000 sampai dengan tahun 2018 itu
sangatlah berbeda, di tahun 2014 masih di katakan baik tapi dengan rens waktu
sampai sekarang ini, jumlah populasinya sangat menurun dan memiliki status hampir punah sebab, yang
biasanya kita sering temukan/melihat di salah satu tempat wisata, yaitu tolire,
namun sekarang ini, sudah bukan jarang lagi tapi, bisa di katakan nihil.
Dewasa
ini penulis melihat kondisi yang terjadi di lingkungan kota ternate bahkan
maluku utra itu sendiri, ialah masih minimnya kesadaran hayati, sebab masih
banyak masyarakat kita memelihara burung kasturi ternate, dilingkungan rumah
mereka. Dewasa ini tentu kita tahu, bahwa burung itu, jika di kurung di dalam kandang
maka akan terjadi strees yang sangat berat dan dengan kata lain dia akan
memilih untuk mati ketimbang dia harus hidup tapi kehidupannya terpenjara,
masalah ini tentu kita sama-sama tidak suka sebab apa?.. sebab, pada dasarnya tidak ada makhluk di dunia ini
yang mau di penjara walaupun penjara yang jerujinya terbuat dari emas. Penulis
sangat prihatin dengan burung tersebut karena burung kasturi ternate memiliki
nilai keindahan tersendiri, mulai dari bulu warnanya dan juga suaranya, hal ini
tentu saja kita sangat suka, penulis sarankan supaya burung tersebut di beri
kebebasan sama seperti kita manusia, “jika ada yang masih mengkandangkanya”
tentu dengan akal budi manusia yang baik, selalu ingin hidup damai, dekat
dengan keluarga, begitu pula dengan burung/satwa liar yang lain. Penulis ingin
berbagi dengan kita semua lingkungan dan sekitarnya bahwa marilah kita
menanamkan simpati dalam berkonservasi, supaya kelak kita tidak akan menyesal
dan kalah dengan pesaing dari luar negeri, maka yang harus kita jaga bukan
hanya burungnya saja tapi rumahnya juga yaitu pohon-pohon itulah rumah burung
sebab disitulah tempat dia menemukan makanannya.
Habitat burung kasturi ternate terdapat di daerah hutan primer dan sekunder yang tinggi,
serta tepian hutan. Kasat mata penulis, burung ini selalu berkeliaran secara
berpasangan, tetapi juga dalam sebuah kelompok yang terdiri hingga 3-5-7-10
ekor burung. Burung ini juga memiliki sifat genit/bermain dan juga bertengkar
untuk merebut makanan. Burung kasturi
ternate memiliki makanan, antara
lain, nektar, madu, dan buah. Burung ini juga terdapat di beberapa wilayah
sesuai dengan kacamata penulis ialah, di galela jalur ke air terjung saipoli, juga
di pulau moti, jalur pendakian dan juga di ternate kawasan tolire besar. Penulis temukan dan melihat langsung hal
tersebut, sehingga membuat penulis sangat mencintai dunia satwa (hayati dan non
hayati) dan ingin berkonservasi sehingga penulis memilih tema “Konservasi Cagar Alam Maluku Utara”, tema
ini sangat baik sehingga penulis merasa terpanggil untuk memberikan sumbangsi
pikiran terhadap publik”, dewasa ini penulis sangat mengharapkan supaya
masyarakat dan pemerintah kota ternate saling bekerja sama guna untuk
menciptakan ruang konservasi yang baik dan bermutu supaya alam kita dan satwa
kita selalu terjaga dari ancaman tangan predator.
Dewasa ini kenpa penulis ber-argumen bahwa kelompok burung
ini sering terlihat 3-5-7 dan paling banyak 10, sebab burung yang berjenis
paruh bengkok ini, yang dulunya memilik jumlah populasi yang banyak namun
dengan perkembangan jaman dan minimnya literasi dalam konservasi sehingga
burung ini selalu di perjual belikan antar daerah sampai ke luar negeri, dengan
jumlah yang di jual perkisaran sampai 16.000 ekor pertahun, bayangkan saja, kita
memiliki jumlah populasi yang sangat krisis, itulah sebabnya ulah tangan
predator yang memburu salah satu paruh bengkok tersebut, ialah burung kasturi
yang biasa di sapa kasturi ternate yang memiliki nama latin lorius garrulus. Kasturi
Ternate merupakan burung dari famili Psittacidae (Parrots). Sebagian besar penulis melihat berbagai
macam problem ini di media, koran, berita, bahwasanya burung ini diselundupkan
ke Filipina.
Dengan analisis penulis, mengenai burung dan hilang di perjual belikan, tidak lain,
ialah ancaman lainnya terhadap kelestarian burung endemik Maluku Utara, dengan
cara, penebangan liar dan pembukaan hutan untuk keperluan industri, disitulah
penulis bisa menjadikan sebagai sandaran hipotesis penulis, guna untuk membaca
ruang perdagangan sampai saat ini, sebab kenapa, di tahun 2016-2017-2018 itu
banyak terdapat kasus penangkapan ilegal yang sangat memburuk, salah satunya penangkapan
terjadi juga di spit-spit kecil dan juga kapal-kapal, kendaraan lain juga
termasuk. Sang predator mencoba untuk meloloskan burung tersebut dengan
berbagai macam cara, salah satunya ialah dengan menggunakan botol-botol, lalu
memasukan burung tersebut ke dalam botol. Hal ini sangat menggangu kenyamanan
lingkungan konservasi dan masyarakat sekitar yang masih melihat alam dengan
kehidupan yang menjadi suatu rantai makan, sebagaimana dengan peryataan penulis
diatas bahwa manusia benda dan tuhan ialah bagian dari rantai makanan itu
sendiri, bahwa kita saling membutuhkan, untuk itu penulis menyarankan bahwa,
marilah kita sama-sama menjaga dan melestarikan cagar budaya kita, juga menjaga
keseimbangan alam serta ekosistem yang hidup di dalamnya supaya kelak anak cucu kita dapat menikmati
semua itu kembali.
Sesuai dengan bunyi kalimat di atas, bahwasanya marilah kita
semua bekerja sama, guna untuk menciptakan suasana yang baik dan harmoni dalam
mempertahankan cagar budaya, disatu sisi pula kita selalu medukung pemerintah
kota ternate salah satunya ialah polisi kehutanan dan KSDA guna untuk
menciptakan hubungan yang berinovatif dalam meninjau kesadaran berkonservasi
dan menjaga mutu hidup satwa yang saat ini menjadi endemik maluku utara, yaitu
salah satu cagar budaya, burung paruh bengkok kasturi ternate atau dengan nama
latin, ialah Lorius Garrulus, pada intinya kita semua tidak mau apa yang
menjadi cagar budaya atau hayati dan non hayati kita itu di perjual belikan,
oleh sebab itu, marilah sama-sama menjaga potensi alam kita yang sangat
berlipat ganda, dan satwa-satwanya yang luar biasa keindahannya, juga secara
tidak langsung kita juga termasuk salah satu sorotan dunia luar dalam potensi
kekayaan alam ini dengan berbagai macam satwa endemik yang memiliki nilai-nilai
baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Buktinya banyak peneliti yang dari negara asing datang dan
melakukan penelitian didaerah kita ini, namun yang di cemaskan ialah burung ini
keluar dari sarang kandangnya melalui tangan predator yang seharusnya kita
harus melarang/mencegah hal itu, karena kita adalah daerah yang memiliki
keanekaragam jenis satwa yang sangat-sangat luar biasa kondusif dan spesial
bagi dunia, penulis sangat mengharapkan untuk dewasa ini marilah kita sama-sama
merawat dan menjaga potensi alam yang menjadi cagar budaya kita.
Tentu saja bahwa saat ini penulis sangat
berterimakasih kepada pemerintah kota ternate dan masyarakatnya yang masih
berkesempatan untuk menyisipkan waktunya guna, untuk menjaga burung-burung endemik
maluku utara, hayati maupun non hayati, oleh karena itu penulis sangat-sangat
berterimakasih kepada masyarakat kota ternate dan organisasi-organisasi yang
berinisiatif dalam menjaga kelestarian dan melindungi satwa endemik maluku
utara, terimakasih atas kerja kerasnya lembaga-lembaga di dalam kota ternate,
dari lembaga internal maupun eksternal, yang sampai saat ini selalu bekerja
dalam membangun literasi terhadap kita semua, sebagaimana kita di perkenalkan
untuk belajar menghargai isi alam dan ekosistemnya dengan itulah poin utama yang penulis merasa
tertarik ialah, membangun literasi
menjaga cagar budaya dan konservasi”.
Tentang
penulis
Akbar
daud, biasa di sapa bhalo ialah anak dari drs daud booy dan sumy souwakil,
lahir di ulima 24 januari 1994 ambon (ambalau desa ulima).
Jenjang pendidikan yang pernah
di tempuh yaitu sekolah dasar alkhairaat kalumpang dan lulus pada tahun 2007
smp islam 1 kota ternate -2010, sma negeri 4 kota ternate -2013 pada tahun 2013
penulis melanjutkan kuliah di universitas khairun, fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan, program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Dalam meningkatkan pemahaman
pengetahuan mengenai menulis, maka penulis bergabung dengan kelompok studi mahasiswa pecinta intelektual
(kesmapint) pada tahun 2013, dan juga
bergabung dengan oraganisasi eksternal yaitu gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GMNI) pada tahun 2013. adapun
oarganisasi eksternal penulis juga terlibat dengan organisasi internal yaitu, aku
bagian dari alam semesta (KPA. ABDAS TERNATE) pada tahun 2014 selain itu, penulis juga membuat satu organisasi
jurnalis yaitu, forum pecinta bahasa dan sastra indonesia (FPBSI) “. Yang
berdiri pada tahun 2018 “.
IG. Bhalo dbooy
Facebook. Fpbsi
Blog. https://dbooybhalo.blogspot.com
Comments
Post a Comment